Rabu, 28 Januari 2009

Sebuah Kajian Antropologis masyarakat Jawa: Gak Ono yo Gak Ngene


Pemikiran Arief Budiman (Tempo, 9 September 1989) sebagaimana disadur oleh dosen UM Sanapiah Faisal terus menggelitik alam bawah sadar saya. Tulisan Arief itu sebenarnya merupakan refleksi kebingungannya untuk mengerti siapa sih sesungguhnya orang Jawa itu. Apa karena sangking tingginya tingkat fleksibilitas dunia sosialnya yang bisa bermain di semua lini alam dan musimkah orang Jawa menjadi sulit dipahami dan akhirnya melahirkan kebinggungan Arief itu? Atau apa?
Analoginya berlatar belakang kisah dunia pewayangan dengan melibatkan tiga tokoh sentral yaitu Kumbakarna, Wibisana dan Karna.
Kumbakarna(कुम्भकर्ण): Dia adalah adik Rahwana. Sebagai seorang adik dengan posisi penting di kerajaan Alengka Kumbakarna tentu merupakan manusia yang sangat dipertimbangkan dalam banyak hal. Pada saat kerajaan Alengka sedang resah karena perang besar semakin mendekat. Alkisah hal ini ditenggarai oleh kesalahan fatal sang kakak karena mengambil sesuatu yang bukan haknya. Namun karena kumulusan, kemolekan dan body nan yahud dengan sejuta bayangan syur di ranjang empuk dengan si jelita semua telah mengaburkan rasionalitas kakak. Kumbakarna menasehati kakak “yo ojok ngono tah kang! Iku mung dudu bagianmu,” kata Kumbakarna dengan bijak. Dengan harapan, nasihatnya bisa menyadarkan sang kakak yang sudah mabok kepayang. Rahwana tetap tak perduli dan perang pun terjadi, darah pun tertumpah. Kewalahan menghadapi Rama, Rahwana minta Kumbakarna melawannya. Kumbakarna maju melawan Rama bertempur dan akhirnya mati.
Wibisana (विभीषण): adalah adik kandung Rahwana. Baik Kumbakarna dan Wibisana sama sama orang penting dan sama-sama merasa ada yang tak beres dengan kakak. Seperti halnya Kumbakarna, Wibisana pun datang ke kakak untuk menasihati dan menawarkan solusi untuk mengembalikan barang curian kepada pemiliknya. Rahwana tidak mau mendengar pendapat Wibisana. Tahu betapa keras kepalanya sang kakak, Wibisana menyeberang ke Negara musuh untuk bergabung. Segala kelemahan Rahwana diceritakan kepada Rama. Akibatnya, pada saat perang terjadi, Rahwana yang begitu digdayanya dengan mudah dikalahkan.
Karna: Karna adalah saudara Pandawa yang menjabat di negara Kurawa. Sebagai pejabat teras dengan gaya khas kejujuran ditambah wawasan yang luas, dia menjadi orang top disegani di Kurawa. Alkisah, perang dengan Negara seberang sudah dijawdalkan dengan demikian ini berarti Karna akan berprang dengan kakak dan adik adiknya sendiri. Karna jelas tahu bahwa Kurawa adalah masyarakat yang penuh masalah akan kejalimannya. Tapi bila dia menyeberang ke Pandawa, jelas amanat dewa di mana di atas kezaliman harus musnah dan tunduk akan kebenaran tidak akan pernah terjadi. Kurawa akan takut dengan Karna. Perang pun terjadi, dengan Karna berada di squad Kurawa. Dia pun mati.
Jadi di manakan posisi orang Jawa dengan tiga prototype wayang ini? Jawabannya adalah orang Jawa tidak bisa ini dan itu. Mereka melihat semua ada sisi ada baik dan buruknnya. Yang aman ya yang ditengah. Ya tidak ini ya tidak itu. Repot memang……

Tidak ada komentar: